
Di sebuah pondok kecil di Kampung Pekong, Tangerang, kisah haru penuh makna kembali terukir. Para santri di sana—anak-anak yang tumbuh dalam kesederhanaan setiap hari belajar Al-Qur’an dengan segala keterbatasan.
Mushaf yang mereka gunakan sudah sobek, halaman terlepas, bahkan sebagian tulisannya nyaris tak terbaca lagi. Namun semangat mereka tak pernah luntur. Setiap pagi mereka duduk berderet, saling berbagi satu mushaf untuk mengaji dan menghafal.
Tidak ada keluhan. Yang ada hanyalah doa dan tekad yang besar untuk bisa menjadi penjaga kalam Allah. Dan hari itu pun datang... Hari yang menjadi titik balik bagi para santri kecil itu. Mushaf baru akhirnya tiba. Bagi sebagian orang, itu mungkin hanya kumpulan kertas dan tinta.
Tapi bagi mereka, itu adalah cahaya baru harapan yang selama ini mereka tunggu. Mushaf baru itu menjadi teman belajar yang lebih layak, tempat mereka menanam hafalan-hafalan Al-Qur’an dengan lebih semangat dan nyaman. Kini, para santri bisa mengaji lebih lancar.
Tak perlu lagi bergantian. Tak perlu lagi membaca huruf yang pudar. Dan yang lebih penting, semangat mereka tumbuh makin kuat karena mereka tahu, ada yang peduli. Mereka tahu, ada Sahabat Qur’an yang telah memilih menjadi bagian dari perjalanan mereka.
Setiap mushaf yang diterima bukan hanya memudahkan proses belajar, tapi juga menjadi penyambung cita-cita—cita-cita untuk menjadi Qori, Hafizh, dan guru Al-Qur’an di masa depan. Dan semua itu bermula dari satu wakaf kecil yang sahabat titipkan…
Masih banyak pesantren lain, di kampung-kampung terpencil, yang kondisi mushafnya tak kalah memprihatinkan. Mereka juga menanti datangnya mushaf baru, dan dengan itu, harapan baru.
Satu mushaf wakaf darimu = satu jalan menuju masa depan Qurani.
InsyaAllah, setiap huruf yang dibaca dari mushaf itu, akan menjadi pahala jariyah yang terus mengalir untukmu.